Ketan Susu dan Wedang Ronde

Kangen Makanan Kampung Halaman

Terngiang diotakku saat memesan Ketan Durian di tempat ini. "Aku kangen kampung halaman!" itu yang terngiang, karena ketan duriannya sangat mirip sekali seperti kolak duren khas Palembang, tapi ini makanan modifikasi dari makanan jawa yaitu ketan yang ditaburi dengan bubuk kedelai.

Hari ini saya dan istri serta tak lupa Jani "the explorer" kecil kami, rencananya mau berkunjung kerumah orang tuaku di daerah Kayu Putih. Kami berangkat dari rumah mertuaku didaerah Bintara. Jalanan biasa yang kami lewati selalu sama dari dulu saat naik motor hingga saat ini punya anak kami menggunakan mobil. Tetapi sudah beberapa kali lokasi jajanan pinggir jalan dengan tulisan besar KETAN SUSU & WEDANG RONDE menggugah selera kami, tapi kesempatan kali ini kami baru bisa berhenti.

Kami memesan makanan, saya memesan Ketan Durian, istriku memesan Ketan Srikaya, minumannya Wedang Ronde dan Susu Murni Coklat.
Maklum saja kami memesan sedikit, karena namanya baru mencoba yah... Tetapi ternyata, rasanya luar biasa enaknya. Seperti kembali dizaman kecil dulu saat durian melimpah ruah dikampungku, nenekku sering membuatkan kolak duren yang tidak ada saingannya termasuk yang ini. Tetapi sangat cukup membuatku menjadi selalu terngiaing-ngiang akan nenekku yang sering membuatkan kolak duren.

Timah di Belitung

"Dapat berapa Kg sehari pak? sekitar 10-15 Kg mas. Harga jualnya berapa pak per Kg? tergantung kadarnya mas paling tinggi 105rb paling rendah 90rb". 90rb x 10kg = 900rb dibagi 2-4 orang per hari = 225rb/hari. Itu yang didapatkan bapak ini dalam sehari mencari timah di Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Bandingkan dengan penghasilan anda dalam sehari? bisa dapat segitu ga? 225rb x 25 hari kerja = 5.625rb (lima juta)!

Tapi kerjaanya kotor dan beresiko tinggi, bayangkan dalam bulan ini saja ada 3 orang meninggal di tambang timah hanya karena tertimpa runtuhan tanah dari Pithole yang ada. Belum lagi resiko tidak mendapatkan timah dalam 1 hari itu ada saja.

Proses pencarian timah itu berawal dari sebuah lubang besar yang didalamnya ada pompa "robin" untuk menyedot pasir yang ada didalam lubang tersebut, setelah itu dialirkan kedalam pipa-pipa untuk dibuang air dan pasirnya dan timah itu karena berat mereka akan menyangkut kedalam pipa tersebut, setelah proses 1 hari kemudian pipa tersebut diberi tekanan tinggi untuk mengeluarkan timahnya.

Tapi berbeda dengan bapak tadi, ia hanya mencari sepirhan kecil timah yang tidak menyangkut dalam pipa, yang tidak akan diklaim oleh pemilik tambang lagi. Jadi mereka itu mencari rezeki dari sampahnya penambang timah yang lebih besar.

Kopi Bahasa Universal



Kopi Bahasa Universal.

Berkunjung kesebuah daerah di Indonesia dan kekurangan informasi mengenai lokasi yang dituju. Mencari informasinya gampang, caranya datang saja ke warung kopi dikota tersebut akan banyak sekali informasi yang anda dapatkan.

Sebuah contoh kecil, jika anda berkunjung ke Belitung sempatkan diri sedikit untuk mencari informasi di Warung Kopi Ake/Akiong di Pusat kota Tanjung Pandan karena disinilah pusat semua pemandu di Belitung berkumpul, dan jangan takut ditarifin jika disana karena semua informasi itu free dan mereka akan sukarela mengantarkan anda ketujuan yang anda inginkan atau meminjamkan sepeda motor mereka tetapi mawas diri sajalah.

Beda lagi di Manggar, warung kopi Dicky ini sudah ada sejak 1984 tapi ada lagi yang lebih tua yaitu Warung Kopi Atet sejak tahun 1960-an. Di Manggar, sepanjang hari semua orang senang nongkrong di warung kopi untuk sekedar ngobrol, main catur, main kartu, main gaple, atau urusan jual beli tanah, motor, bahkan rumah, yang paling aneh seorang calon mantu pernah meminta izin bapak calon istrinya diwarung kopi ini. Jadi, "Starbuck is so last year" di Belitung, warung kopi adalah pusatnya informasi bagi seluruh orang di Belitung.

Semua itu berawal dari segelas kopi dan bertanya kepada pedagang kopinya. Dan pastinya kopinya enak banget, makin suka dengan Kopi "o" khas belitung, walau kopi tersebut adalah kopi lampung tetapi biji kopi diolah menjadi bubuk kopi di Belitung dan uniknya bubuk kopi Belitung ini tidak mengambang saat diseduh.

Saya akhiri dengan pernyataan pribadi saya "Seruput dikit kopinya, dan rasakan sensasi menjadi warga lokal". Bawa pulang ah, kopinya biar selalu kangen sama Belitung...